Warning: session_start(): open(/home/cakrudin/tmp/sess_3gj5blqloiajsa1ajr0ughtna4, O_RDWR) failed: Disk quota exceeded (122) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3

Warning: session_start(): Cannot send session cache limiter - headers already sent (output started at /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php:3) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3
Waspadai Bahaya Berhutang

Waspadai Bahaya Berhutang

Posted on: 28 June 2022

Di zaman kredit yang relatif murah dan mudah sekarang ini, siapa yang tidak punya hutang? Beli motor, rumah, komputer, gadget, hampir semuanya hutang. Sebagian ibu rumah tangga juga gemar memenuhi rumahnya dengan perabotan yang dibeli secara berhutang. Mulai dari kulkas, televisi, VCD player, dipan, almari, sampai panci dan penggorengan dengan berhutang. Bahkan ada juga yang naik haji dengan – difasilitasi oleh – hutang.



Lalu apakah berhutang itu tercela dan dilarang? Bukan begitu. Hutang samasekali tidak dilarang. Bahkan ayat terpanjang dalam Al-Quran justru membicarakan masalah hutang. Silakan periksa surah al-Baqarah ayat 282. "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar." Dan seterusnya.


Secara terinci sekali Allah membimbing kita bagaimana caranya mengelola transaksi hutang-piutang ini, nyaris sama dengan cara Allah mengajari kita bagaimana membagi harta warisan. Berbagai kemungkinan diantisipasi di dalamnya mulai dari pencatatan, persaksian, saksi cadangan, jaminan, wali, dan lain sebagainya.


Sepertinya di dunia ini tidak ada Kitab Suci yang membicarakan hutang-piutang dan transaksi keuangan, serta mendudukkannya pada posisi yang tidak kalah pentingnya dengan masalah-masalah spiritual, selain Al-Quran. Akan tetapi yang hendak kita waspadai adalah penyakit-penyakit yang kerapkali muncul akibat berhutang itu.


Diceritakan oleh ummul mukminin Aisyah Ra, bahwa Rasulullah Saw pernah berdoa dalam shalatnya, “Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah al-Masih Dajjal. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian. Dan aku berlindung kepada-Mu dari pemicu dosa dan himpitan hutang.” Lalu ada seseorang yang berkata kepada beliau, “Betapa seringnya Anda memohon perlindungan dari hutang wahai Rasulullah.” Beliau menanggapi, “Sungguh seseorang itu bila terhimpit hutang, ia berbicara lalu bohong, dan berjanji lalu ingkar.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).


Betapa jauh serta mendalamnya pandangan beliau terhadap persoalan ini. Jelas sudah, bukan berhutangnya yang dilarang. Tetapi beliau meminta kita berhati-hati terhadap hutang karena ia potensial memicu dua kesalahan besar yaitu berbohong dan ingkar janji.


Baca juga: 5 Pesan Penting Rasulullah


Mari kita amati. Ketika seseorang terhimpit hutang dan tidak sanggup melunasinya, sangat mungkin ia berbohong dan ingkar janji. Betapa beratnya untuk secara jujur dan gentle mengakui tidak mampu membayarn serta meminta keringanan.


Adakalanya karena malu, gengsi, sungkan, atau niat-niat yang tidak baik. Misalnya ketika tagihan datang, bisa saja ia justru berdusta dengan mengatakan bahwa sebenarnya punya uang sekian-sekian tapi masih dibawa si fulan. Atau punya aset begini-begitu dan sekarang dalam proses penjualan. Padahal sebenarnya tidak ada sama sekali. Atau ia berjanji pada tanggal sekian akan segera membayar namun kemudian mengingkarinya.


Maka Rasulullah Saw-pun mengajari kita untuk memohon perlindungan kepada Allah dari berhutang ini. Sebab beliau khawatir kita akan berbohong dan mengingkari janji. Mengapa keduanya sangat berbahaya? Sebuah hadits lain akan menjelaskan letak masalahnya.


Rasulullah Saw bersabda, “Ada empat sifat, siapa saja yang keempatnya ada dalam dirinya maka dia adalah seorang munafik sejati. Tetapi siapa saja yang dalam dirinya terdapat salah satu darinya, maka di dalam dirinya terdapat salah satu sifat munafik sampai ia meninggalkannya. Yaitu jika dipercaya ia khianat, jika berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika berdebat atau bersengketa dia akan curang atau zhalim.” (Riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Amru bin Ash).


Jadi adakalanya berhutang akan menjerumuskan kita ke dalam kemunafikan tanpa sadar. Jika saja seseorang banyak berhutang, lalu dalam transaksi-transaksi ini dia sering berbohong atau mengingkari janjinya, bisa dipastikan ia tengah mendidik dirinya sendiri untuk menjadi munafik.


Baca juga: Rahasia Dibalik Waktu Sholat


Pelan-pelan ia akan terjerat jaring-jaring kemunafikan. Hingga suatu saat sudah tak bisa lepas lagi. Seluruh bagian dirinya dipenuhi kebohongan, kepalsuan, tidak bisa dipercaya, pendeknya ia penuh dengan tipuan. Dan inilah hakikat munafik itu sendiri yaitu menampakkan iman tetapi menyimpan kekufuran. Naudzu billah.


Allah berfirman dalam Al-Quran, “Di antara manusia ada yang mengatakan “Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak menyadarinya. Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah semakin memperparah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta.” (Qs. al-Baqarah: 8-10).


Dengan kata lain ketika beliau mengajari kita untuk “berlindung dari himpitan hutang”, beliau sebenarnya sangat khawatir jika kita terjangkiti penyakit nifaq. Beliau tidak melarang berhutang, karena hutang-piutang adalah bagian dari interaksi normal dalam kehidupan, dan di dalamnya pun terkandung sikap tolong-menolong yang dianjurkan Islam.


Hanya saja jika kita harus berhutang, beliau meminta kita untuk sangat berhati-hati. Yakni jangan sampai terjatuh dalam kebiasaan berbohong dan ingkar janji yang merupakan bagian dari kemunafikan. Sebab ancaman Allah sangatlah berat kepada sifat yang satu ini.


Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (Qs. an-Nisa: 145). Maka mohonlah pertolongan Allah dan berhati-hatilah. Semoga kita tidak terjangkiti penyakit gemar berbohong dan ingkar janji. Aamiiin. Wallahu alam.


Oleh: Ust. M. Alimin Mukhtar - Alumnus STAI Luqman Al-Hakim Surabaya dan Pengasuh Pesantren Hidayatullah Arrohmah Malang

Versi cetak


Berita Terkait


Visitors :6010124 Visitor
Hits :8266073 hits
Month :6451 Users
Today : 974 Users
Online : 24 Users






Sekolah Tahfidz





Hubungi Kami

Jl.Kejawan Putih Tambak VI/1 Surabaya, Telp. 031-5928587

Testimonials

  • Soraya Pambudi

    anggada121212@gmail.com

    Surabaya Timur Pakuwon

    Pada 23-Aug-2019


    Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh. Mohon informasi pendaftaran sekolah untuk tahun ajaran 2020/2021. Mohon maaf apakah sekolah ini mempunyai program kelas internasional? Maksudnya apakah menerima siswa berwarganegaraan Asing?